Wednesday, August 28, 2013

Jadi Bintang Futsal

Luka yang manis
Kemaren gue diajak sama temen temen buat maen Futsal, gue kaget karena ini nggak kaya biasanya. Sebenernya gue udah lama denger kalo temen temen gue sering maen Futsal tapi baru kali ini mereka ngajakin gue.. Mungkin mereka baru nyadar kalo soal mengolah si kulit plus daging bundar ( Baca: Tetek ) adalah spesialis gue.
Tadinya gue males tapi mereka maksa gue dan ahirnya gue luluh juga. Eh, bentar. Yang maksa, mereka apa gue ya.? Ah sudahlah... intinya gue ikut futsal bareng mereka.

Singkat cerita, gue dan temen temen gue udah nyampe di lokasi. Gue itung semua kepala temen temen gue dan jumlahnya ternyata hanya Sembilan Biji termasuk kepala gue.
Tim Kampung
"Kok cuma Sembilan orang.? maen Futsal kan satu Timnya Lima orang, kita masih kurang Satu orang lagi nih" Tanya gue
" Tenang, Bro.. lawan kita belum dateng" Jawab Slamet, temen gue yang paling ngotot ngajakin gue Futsal
"Oh, kita mau tanding lawan tim laen nih"
"Iya, makannya gue ngajakin lo" Jawab Slamet lagi yang disambung dengan anggukan temen temen yang laen. Oke, sampe sini gue ngerasa tersanjung karena gue dimasukkan dalam bagian tim inti.
Beberapa saat kemudian lawan kami dateng, mereka melambaikan tangan ke arah gue. Iya, kami ternyata saling mengenal dan yang gue tau mereka adalah tim solid juga dengan skill individu yang lumayan oke.


Gue sedikit gerogi dan yang membuat gue heran adalah kenapa temen temen gue ngajakin gue. Padahal lawan yang bakal mereka hadapi adalah lawan yang nggak bisa diremehkan. Mungkin bener dugaan gue sebelumnya, temen temen gue baru nyadar kalo gue lihai mengolah si kulit bundar. Jangan dibaca: Tetek.!!

Setelah pemanasan sebentar, pertandinganpun dimulai, gue jadi starter dan tentu saja gue main dengan semangat. Beberapa menit pertandingan berlangsung Tim gue udah tertinggal Empat gol. Kalah.
Di saat saat genting kayak gini gue baru inget, tadi sebelum pertandingan dimulai Slamet ngomong ke gue kalo Tim yang kalah dalam pertandingan ini harus bayarin semua ongkos sewa lapangan, dan itu artinya masing masing dari kami harus iuran dobel kalo kalah. Dengan Fakta itu, semangat gue makin menggebu gebu. Gue langsung ngelap keringet di wajah gue pake tangan sambil menatap tajam gawang lawan dan membiarkan butiran keringat gue berjatuhan begitu aja di lapangan. Kali ini gue merasa kadar kegantengan gue naik 70% dari biasanya. Samar samar dari luar lapangan gue denger temen temen gue teriak manggil nama gue bergantian, gue ngerasa seperti bintang lapangan yang menjadi Andalan satu satunya tatkala Tim gue sedang mengalami kekalahan.

Pertandingan terus berlanjut, Sorakan semangat dari temen temen gue yang terus manggil nama guepun tak berhenti. Layaknya Bintang dunia lapangan hijau, guepun cuek ketika banyak penonton yang mengelu elukan nama gue. Gue sama sekali nggak melirik mereka. Cool Abiss.!

Karena saking semangatnya dan karena gue nggak mau mengecewakan Supporter gue, guepun bermain dengan sangat bertenaga hingga ahirnya peluang emaspun gue dapatkan. Tapi malang, karena saking bertenaganya gue nendang, ahirnya gue jatoh tersungkur dan bola yang gue arahkan ke gawang ternyata malah Out atau terjadi tendangan ke dalam. Tapi anehnya, tendangan ke dalam itu terjadi bukan karena bola keluar lapangan melainkan karena bola membentur langit lagit lapangan. Tendangan yang dahsyat kan?

Setelah insiden itu gue merasa sakit di dengkul gue, temen temen di luar lapangan tetep manggil manggil gue dan ahirnya gue nengok. salah satu dari mereka melambaikan tangan, guepun nyamperin dia. setelah dekat, temen gue itu langsung narik gue keluar lapangan dan temen yang lain masuk. Gue diganti.

Dan Akupun Terlukahhhh..
 "Lo gimana sih, dari tadi dipanggilin nggak nengok.?" Kata temen gue ketus
"Emang ada apaan sih.?"
"Ya lo keluar lah. Ganti sama pemain yang laen" Jawab dia santai tanpa rasa berdosa sedikitpun
"Kan gue baru maen Sepuluh menit, masa diganti sih.?"
"Lo liat Skornya ngga?" Tanya dia serius
"Itu semua gara gara permainan Lo yang ancur.!" Lanjut doi lagi lagi tanpa rasa dosa. Lalu temen temen yang lain bersorak dan tepuk tangan karena Tim kami berhasil memperkecil kekalahan
"Ya kalian bego sih, udah tau mereka hebat hebat pake dilawan. Taroan lagi.!" Omel gue membela diri
"Itu dia. makanya kita ajakin lo." Jawab doi santai banget sambil tepuk tangan kecil
"Lah terus kenapa baru Sepuluh menit gue ditarik keluar.?"
"Jatah lo maen itu sebenernya cuma Lima menit. Kita ngajakin lo itu karena kita kekurangan orang dan kalo kalah, kita iurannya nggak begitu gede." Jawab doi berterus terang lalu berjingkrak sambil tepuk tangan karena tim kami mencetak gol lagi. Gue cuma bisa diem melongo menerima kenyataan.

Dalem hati sebenernya gue ngerasa dongkol banget tapi karena lagi lagi tim gue nyetak Gol dan nyetak lagi, lagi dan lagi ahirnya gue jadi ikut seneng. Ahirnya tim gue menang dan itu artinya gue nggak perlu ngeluarin duit buat bayar kekalahan tim gue. Justru malah Tim gue maen gratis karena perjanjian dari awal memang tim yang kalah yang bayarin sewa lapangannya. Horeeeee....

Dari kejadian ini gue tau satu Fakta, bahwa : Setelah gue keluar dan digantikan oleh pemain lain ahirnya Tim gue jadi menang bahkan bisa dibilang telak.
TIM GUE  16 : 10  TIM LAWAN.

Ini Piala gue malem itu...

Monday, July 22, 2013

AKU INGIN TERUS MENULIS



Waktu gue SD gue pernah melihat abang gue melukis dengan spidol di lemari pakainnya. Dia melukis seekor burung garuda yang sedang mencengkram bola dunia. Gue sangat menyukai gambar itu dan selalu melihatinya setiap pagi ketika gue bangun tidur. Waktu itu gue sama sekali nggak tau apa arti dari lukisan itu, dan baru sekarang gue mulai menerjemahkan apa arti dari gambar itu. Menurut pengamatan gue gambar itu menceritakan sebuah semangat yang luar biasa dari seekor burung yang sangat kecil bila dibandingkan dengan dunia. tapi dengan kemauan keras dan semangat membara yang terpancar dari sorot matanya, ia berhasil mencengkramnya dan menguasai dunia.

Ya.. hanya bermodalkan kemauan keras, semangat dan Action kita bisa mendapatkan sesuatu yang kita impikan. Setidaknya itu yang bisa gue tangkap dari lukisan kuno yang hampir luntur dimakan waktu.

Setiap hari gue selalu siap dengan pensil dan buku gambar gue untuk menyontek lukisan itu tapi gue gagal dan gambar guelebih mirip sama anak ayam yang sedang duduk manis di telur Dino saurus. Sejak saat itu gue bercita cita ingin menjadi pelukis dan setiap hari gue terus berlatih menggambar, mulai dari menggambar orang yang lagi berak di atas genteng sampai menggambar mobil truk besar yang sedang mengangkut pupuk kandang di areal sirkuit Moto GP lengkap dengan Valentino rossi yang ngebut di samping Truk itu. Tapi semua gambar gue GAGAL MAMPUS.!!

Setelah merasa gue tak punya bakat menggambar, gue putus asa dan mencari cita cita lain yang lebih keren, sehari semalam gue bertapa di kamar buat mencari cita cita yang pas buat gue. Akhirnya, gue memilih bercita cita untuk menjadi seorang wartawan. Ya.. gue melihat wartawan itu keren bisa ngobrol langsung sama artis artis terkenal dan pada waktu itu gue sangat mengidolakan artis berantem Willy Dozan. Setiap hari gue berlatih merangkai kata mewawancarai Willy Dozan. Berikut beberapa pertanyaan dan prediksi jawaban dari Willy Dozan yang masih gue inget.:

Gue: “Om willy berani nggak berantem sama Beri Prima.?”

Jawab: “Uhmmmmm berani nggak ya.. kayaknya ngga berani deh”

Gue: “Kalo berantemnya sama apen bangun berani nggak”

Jawab: “Kalo itu Om berani, tapi apen bangunnya Om keroyok sama Beri Prima”

Gue: “Kok beraninya keroyokan, Om?”

Jawab: “Biarin dong, suka suka om.. Emangnya cuma supporter Bola aja yang beraninya keroyokan”.

Gue: “Keroyokan itu apa sih Om?”

Jawab: %&*#@_-+&*%#+===..?/

Setelah beberapa lama kemudian impian gue untuk menjadi wartawanpun hilang dengan sendirinya. Sampe gue beranjak dewasa gue hidup tanpa cita cita (Miris banget).. sampe akhirnya gue menemukan sesuatu yang membuat hidup gue berubah. Gue jadi sering menulis puisi dan kata kata indah tentang Cinta. Sesuatu itu adalah “Pertemuan gue dengan seseorang”. Ya… seperti manusia normal yang lainnya, gue juga pernah jatuh cinta. Sebenernya waktu kejadiaan ini gue juga udah pernah berpacaran dengan gadis gadis lain tapi semuanya hanya seakan lewat dan numpang mencoretkan namanya dalam sejarah kisah cinta gue.

Sejak pertemuan gue dengannya hidup gue berubah menjadi lebih manis walopun akhirnya pait tak terelakkan juga. Gadis itu pergi untuk selama lamanya di pangkuan gue. Dia ke surga dengan membawa cinta yang tak terlukiskan.

Setelah kepergiannya gue jadi sering menulis puisi tentangnya. Puisi indah tentang Cinta yang pantas dibawa ke surga. Dari kegemaran gue menulis puisi akhirnya gue juga merambah mencoba menulis cerpen dan skenario untuk film pendek karena kebetulan gue juga punya Komunitas kecil yang menjurus pada pembuatan film pendek. Dan sejak saat itu gue bercita cita ingin terus menulis. Menulis apa saja yang ingin gue tulis..

“Aku Hanya Ingin Menulis”.

Sunday, June 2, 2013

Balap Liar kampung

Kemaren abis magrib gue tiduran sambil iseng ngupil ngupil manja di kamar, beberapa saat kemudian gue denger suara mirip mesin jigsaw (Mesin penebang pohon) kenceng banget dari jalan depan kamar gue, gue cuek aja karena gue tau suara barusan adalah suara knalpot motor, si Slamet temen gue yang gagal dimodip. Lima menit kemudian gue dapet sms dari Slamet yang isinya ngajakin gue nongkrong. Ternyata bener dugaan gue, tuh anak mau nongkrong sama temen temen yang lain. Udah gue duga, emang kebiasaan Slamet tuh kalo abis magrib bakal nongkrong di warung kopi langganan dia dan gue ngutang.



Kalo motor Dragnya Slamet jauh lebih jelek dari ini.



Nggak lama kemudian guepun bergegas dengan semangat karena tumben banget Slamet ngajakin gue nongkrong. Dari logat bicaranya di sms barusan, sepertinya Slamet abis gajian dan gue berharap kali ini Slamet mau mentraktir gue. Setelah keluar rumah dan jalan beberapa meter, gue kaget karena nggak biasa biasanya anak anak udah pada ngumpul di perempatan kampung gue lengkap dengan motornya masing masing. Biasanya kalo diajakin nongkrong tuh susahnya minta ampun, mereka pada milih nonton sinetron daripada ngumpul bareng. Dan yang bikin gue heran adalah mereka udah nyiapin bahan bahan untuk membuat api unggun banyak banget. Biasanya nggak kayak gini. Dengan hati penuh tanda tanya gue berusaha memasang raut muka biasa saja seolah nggak ada sesuatu yang beda. Api unggun udah dibuat, Kita ngobrol sana sini, ketawa bareng, ngeledekin temen yang culun, ngupil berjamaah, dan berak di got sama sama. Malampun terus berlanjut..

Setelah capek ketawa tawa, tiba tiba si Slamet berkoar
“Woy, Yuk sekarang” Kata Slamet sambil naik ke motor Dragnya.
“Ayook.!” Bales Juki, temen gue yang lain dengan semangat lalu menghampiri motornya yag diparkir deket motor Slamet. Mereka seperti sudah terkomando, mereka menstater motornya lalu menuju jalan yang agak gelap. Slamet dan Juki berdampingan dengan muka apa adanya (Emang muka kayak gitu yang mereka punya). Sayup sayup gue denger suara Slamet menghitung “SATU, DUA, TIGA.!” Dan setelah itu, motor mereka melaju kenceng banget, temen temen yang lain juga bersorak mirip anak anak TK ngeliat Miyabi netek-in anak kambing. Gue cuma bisa melongo ngga tau harus ngapain. Untuk beberapa saat gue merasa Mata gue ngga bisa berdetak (Ya Iyalah.!) maksudnya mata gue ngga bisa kedip karena gue takut jangan jangan diantara mereka ada yang jatoh. Apalagi ketika mereka berdua hilang ditelan kegelapan, yang bisa mengisyaratkan mereka masih idup hanya suara motor mereka yang terdengar dipaksakan banget sampe bunyinya serak serak ngga karuan.
Ilustrasi
Beberapa saat kemudian mereka dateng lagi dengan kecepatan maksimal yang mereka punya. Gue ngga perduli siapa yang menang, yang gue liat sih Slamet Finish Belakangan terpaut sekitar Tujuh detik dari Juki gue cuma ngerasa lega karena mereka berdua nggak kenapa napa.
Slamet dan juki turun dari motornya, mereka keliatan puas banget udah melampiaskan hasrat mereka. Mereka juga keliatannya ngga perduli siapa pemenangnya, keduanya tersenyum lega, Tapi senyum Slamet keliatan lebih kecut Haaaaha...
“Ayo jum, giliran raimu.!” Tantang Juki ke Jujum yang dari tadi cuma tereak tereak sambil goyang patah patah.
“Ah, moh motorku anu..” Jawab Jujum beralasan yang kemudian disusul sorakan dari temen temen yang lain. Gue ngeliat ada yang mendorong dorong badan Jujum menuju ke motornya. Ahirnya Jujum mau juga dan langsung naek ke motornya, seketika wajah Jujum berubah jadi sangar seolah siap membantai siapa saja yang menantangnya.
Jujum dan Juki menuju Garis Start. Sayup sayup suara Juki menghitung dan Bruuuuuuuum.... motor mereka berdua melaju dengan beringasnya. Suara riuh dari temen temen yang lain mulai terdengar ditambah suara cempreng motor Juki yang mirip suara siksa kubur membuat gue merasa sedang berada di tempat asing. Setelah Jujum dan Juki ditelan kegelapan tiba tiba Suyatno, temen kami kabur dengan paniknya. Guepun jadi gugup celingak celinguk ngga tau apa yang gue cari, gue cuma khawatir aja semua warga pada keluar bawa pentungan karena mereka ngerasa terganggu dengan suara motor motor liar yang bikin kuping sakit . Secara balap motor ini dilakuin di jalan kampung dan gue dari tadi baru nyadar kalo kegiatan ini merusak dan mengusik ketentraman Masyarakat umum.
Gue jadi makin panik ketika salah satu jendela rumah warga dibuka sama pemiliknya. Gue liatin Satu persatu rumah di sekitar situ dan ternyata banyak juga warga yang mengintip lewat jendela. Dari kejauhan gue liat lampu motor Juki dan Jujum. Mereka sedang menuju garis Finish tapi dari arah berlawanan ada motor yang mau lewat, gue sempet panik tapi anak anak yang lain langsung nyetop pengendara yang ngga tau apa apa itu. Mereka mnejelaskan dengan singkat dan sang pengendara yang ngga tau apa apa itupun mengerti dan rela perjalanannya terganggu sampe Juki dan Jujum mencapai garis Finish.
Jujum Finish lebih dulu sekitar Dua detik lebih cepat dari Juki. Mereka lalu memarkir motor kebanggan mereka ke tempat semula dan menghampiri kami yang dari tadi cuma jadi penonton yang berisik. Mereka berdua disambut temen temen gue yang lain dengan suka cita, bahkan ada juga yang meluk dan mencipok gue segala. (Lah.? Yang balapan emang siapa?)
Ilustrasi doang..
Suasana jadi tambah berisik dan gue ngerasa jadi ada yang aneh, gue ngerasa ada yang sedang merhatiin kami, gue jadi punya feeling kalo kami bakal digrebek sama warga dan digantung satu persatu lalu mayatnya dibuang ke Jamban. (Ya Ampun Lebay banget.!)
Ahirnya berlahan tapi pasti, gue bisa kabur diam diam. Tapi sialnya, gue malah kabur ke tempat yang salah. Gue kaget setengah mati pas gue nyadar udah berdiri di depan Warung Kopi tempat biasa kami nongkrong dan Ngutang. Dengan sigap gue langsung balik badan sebelum yang punya warung ngeliat. Mau nggak mau gue harus balik lagi ke tempat anak anak pada nongkrong. Pas gue sampe situ gue ngeliat sesosok manusia yang sepertinya gue kenal, orang itu adalah jawara balap dari RT sebelah,

“Gila, berarti suara balapan tadi kenceng banget sampe ngebangunin orang orang waras dari Rt sebelah”

Gumam gue dalem ati gue liat dia lagi ngobrol sama anak anak. karena penasaran guepun bergegas menghampiri mereka. Tapi pas gue baru nyampe dan duduk, doi malah cabut sama motor modifikasinya yang menurutnya keren.
“Dia ngapain ke sini?” Tanya gue ke Slamet yang lagi ngerokok depan api unggun
“Nantangin Balapan tuh” Jawab Slamet cuek
“Terus, siapa yang mau balapan sama dia?”
“Ngga ada yang mau”
“Ngga ada yang berani maksudnya?” Tanya gue menyelidiki
“Bukannya gue nggak berani, tapi gue nggak mau kalo harus balapan buat adu gengsi” Jawab Jujum tiba tiba
“Iya, Bro.. Lagian dia mah udah kelas atas. Kalo balapan pasti mintanya taroan” Timpal Slamet yang masih ngerokok
“Kita kan tadi balapan cuma buat iseng aja. Bukan buat adu gengsi” Tambah Juki kemudian
"Halah, Kopet. Bilang aja takut, ngga usah banyak alesan lo.!" Cibir gue sambil ngeliatin muka mereka Satu persatu
"He hehehehe he hehehe" Jawab mereka serentak entah apa maksudnya.

Oke lah.. sebenernya gue ngerasa lega juga karena temen temen gue nolak diajakin balapan sama jawara RT sebelah. Balapan yang tadi aja udah cukup bikin gue panik apalagi ditambah kalo balapan beneran, mungkin gue bakal berak di celana dan pingsan karena ngga kuat nahan Adrenalin.

Dari kejadian ini gue bisa ngambil Satu pelajaran penting yaitu:
 Balapan itu ternyata bikin tegang penontonnya. (Dari dulu juga gitu yak.?)

Apalagi kalo diwarnai inseden kecelakaan jatoh dari motor, pasti gue bisa dapet pelajaran penting lainnya yaitu :
Bahwa hukum Gravitasi bumi itu masih berlaku. (Wew.!!)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...